Selain tak memiliki garansi, ponsel black market (BM) rupanya punya kerentanan terkena malware yang dapat mencuri data pengguna.
Hal tersebut diungkap oleh pakar keamanan cyber dari lembaga riset CISSRec Pratama Persadha. Ia mengatakan banyaknya ponsel pintar 4G BM sebenarnya sangat membahayakan konsumen. Sebab ponsel tersebut kemungkinan telah dimodifikasi oleh pihak ketiga.
"Kita tahu bersama Android ini sistem yang terbuka. Jadi siapapun sebenarnya bisa memodifikasi OS bawaan dengan berbagai macam tujuan. Bila ada malware yang disisipkan ini sangat berbahaya, karena jelas akan merugikan konsumen tanah air," terang Pratama dalam keterangan resmi yang diterima detikINET, Selasa (28/3/2017).
Pratama menerangkan ponsel yang dijual resmi menggunakan OS bawaan dari produsen, sehingga diklaim lebih aman. Sementara ponsel BM terkadang menggunakan OS modifikasi pihak ketiga yang kurang stabil dan menyertakan malware spam iklan.
Keberadaan malware tersebut dapat membuat baterai dan penggunaan data lebih boros. Namun ancaman yang lebih berbahaya adalah pencurian data pengguna saat beraktivitas perbankan yang menggunakan SMS dan internet banking.
"Ponsel BM ini kalo kita lihat di pasaran banyak juga memakai OS abal-abal. Jelas ini memperbesar kemungkinan data kita dicuri. Apalagi bila kita melakukan transaksi keuangan lewat ponsel tersebut, besar kemungkinan data diambil dan proses transaksi diubah," jelasnya.
Meski saat ini kasus fraud dalam transaksi perbankan yang sangat kecil. Pratama menghimbau pemerintah memberikan perhatian lebih serius terkait masuknya ponsel BM ke Tanah Air. Jika tidak ditindak, akan banyak masyarakat yang jadi korban.
"Sebaiknya pemerintah tegas, karena selain membahayakan masyarakat Indonesia sebagai konsumen, ponsel BM ini juga membuat negara kehilangan pajak cukup besar," pungkas Pratama. (afr/afr)
(Detik)
KOMENTAR